Sabtu, 27 April 2013

Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i: Keajaiban Doktor Al-Qur’an


Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota Qom, sekitar 135 km dari Teheran, ibukota Iran. Husein adalahanak ketiga dari 6 bersaudara. Selama dalam kandungan dan ketika masa disusui, ibu Husein teratur membacakan Quran untuk Husein, selalu berdoa pada Allah agar dikaruniai anak yang saleh dan pintar, selalu berwudu sebelum menyusui, rajin pergi ke masjid, berusaha menghafal dan memahami isi Quran, mendekatkan diri pada Quran, menjauhkan dari musik-musik non islami, percampuran laki-laki dan perempuan, dan berbagai bentuk perilaku non islami yang lain.
Pada saat husein berusia batita (bawah tiga tahun), kedua orangtua Husein yang mempunyai kelompok khusus penghafalan AL-Quran sering mengajak Husein menghadiri kelas-kelas Al-Quran. Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein  sudah menghafal juz ke-30 (juz’amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al-Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang hafalan mereka.
Melihat bakat istimewa Husein, ayahnya (Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba’i) pun secara serius mengajarkan hafalan Quran juz ke-29. Dalam proses belajar, ayah Husein biasa memberikan hadiah sebagai pembangkit semangat, misalnya, “Jika kamu berhasil menghafal surat ini, ayah akan memberimu hadiah.” Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari hafalan juz pertama oleh ayahnya.
Awalnya, ayahnya menggunakan metode biasa, yaitu dengan membacakan ayat-ayat yang harus dihafal, biasanya setengah halaman dalam sehari dan setiap pecan, jumlah hafalan pun ditingkatkan. Namun, tak lama kemudian, ayah Husein menyadari bahwa metode seperti ini memiliki 2 persoalan. Pertama, ketidakmampuan Husein Tabataba’i untuk membaca Al-Quran, membuatnya sangat tergantung kepada ayahnya dalam usaha mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafal. Kedua, metode penghafalan Al-Quran secara konvensional ini sangat ‘kering’ dan tidak cocok bagi psikologis anak usia balita. Selain itu, Husein tidak bisa memahami dengan baik makna ayat-ayat yang dihafalkannya karena banyak konsep-konsep yang abstrak, yang sulit dipahami anak balita.
Untuk menyelesaikan persoalan pertama, Husein pun mulai diajari
membaca Al-Quran, agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al-Quran, yaitu dengan menggunakan isyarat tangan. Misalnya, kata Alloh, tangan menunjuk ke atas, kata yuhibbu (mencintai), tangan seperti memeluk sesuatu, kata sulh (berdamai), dua tangan saling berpegangan. Ayah Husein biasanya akan menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan dengan bahasa sederhana kepada Husein kemudian dia akan mengucapkan ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan tangan yang mengisyaratkan makna ayat.
Metode isyarat ini ternyata semakin hari, semakin menarik perhatian Husein. Setelah beberapa waktu berlalu, Husein semakin lancar memahami makna isyarat tangan yang diperagakan ayahnya. Setiap kali ayahnya membuat isyarat dengan tangan atau suatu ayat, Husein dengan cepat mengucapkan ayat yang dimaksudkan ayahnya itu. Metode ini sedemikian berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai ayat-ayat Al-Quran, sehingga dengan mudah dia mampu menerjemahkan ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia (bahasa sehari-hari orang Iran) dan mampu menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari.
Di usia lima tahun, husein sudah benar-benar hafal keseluruhan 30 juz al-qur’an. Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapansehari-hari. Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama.
Pada bulan Februari 1998, Husein yang waktu itu baru berusia tujuh tahun menjalani ujian doktoral di Hijaz College Islamic University Inggris yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris, sekitar 32 kilometer dari kota Birmingham. Ujian yang harus dilaluinya terdiri dari lima bidang; diantaranya menghafal Al-Quran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu (persia), menerangkan topik ayat Al-Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat Al-Quran dengan ayat lainya dalam Al-Quran, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran, serta menerangkan makna Al-Quran dengan metode isyarat tangan.
Setelah menjalani ujian selama 210 menit, akhirnya tim penguji memberi nilai 93. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-70 akan diberi sertifikat diploma, 70-80 diberi sertifikat sarjana kehormatan, 80-90 diberi sertifikat magister kehormatan, dan di atas 90 diberi sertifikat doktor kehormatan (honoris causa). Husein pun dikukuhkan menjadi Doktor Honoris Causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran.
berikut beberapa percakapan Beliau dengan mengambil kalimat2 Al-Qur'an:

Penanya (P) : Bagaimana ujian yang kamu lalui di Inggris ? 
Husein (H) : "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS 94:6)

P : Apa tanggapan orang-orang di sana (Inggris) dalam acara-acara Qurani-mu ?
H : "Mereka tertawa." (QS 83:34) [Maksud Husein orang-orang di acara itu merasa senang dan bahagia]

P : Jika kamu ditanya orang, "Buat apa Engkau ke Inggris?" Apa jawabanmu ?
H : "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." (QS 5:67) [Yang dimaksud Husein adalah dia ke Inggris untuk menyampaikan ayat-ayat Al-Qur'an]

P : Engkau belum lulus SD, bagaimana mungkin mendapat gelar doktor ?
H : "Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya mereka." (QS 3:170). [maksudnya, semua itu adalah karunia Allah]

P : Bagaimana ilmu itu diajarkan ?
H : "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untu Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami." (QS 26:69) [maksud Husein, bila manusia berusaha mencari dengan bersungguh-sungguh, Allah akan membuka jalan ilmu baginya.]

P : Kapan engkau akan menikah ?
H : (sambil tersenyum) "Dan apabila anak-anak telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta ijin." (QS 24:59) [maksudnya Husein akan menikah jika umurnya sudah baligh.]

Walaupun ia sudah meraih gelar Doktor, Husein tetaplah anak kecil. Kadangkala ia bertengkar dengan saudaranya. Namun uniknya, saat bertengkar pun ia mengucapkan kata-kata yang bersumber dari Al-Qur'an. Ketika saudara laki-lakinya berusaha untuk memukulnya, Husein segera berteriak : "Selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim." (QS 66:11). Jadi batal berantem deh. Keren banget kan !?

Saat ini Husein telah berusia 20 tahun. Di usianya yang beranjak dewasa, Husein tidak pernah berpuas diri dengan kelebihan yang telah dimilikinya. Kini dia sedang menghafal hadist-hadist nabi Muhammad dengan target 20.000 Hadist. melebihi jumlah hadist yang dihafal oleh para imam madzhab. Allahu Akbar, benar-benar sosok bocah Muslim yang menginspirasi. Jadi, siapa ya sahabat muslim yang akan menjadi penerus Husein dari Indonesia ? kamukah salah satunya ? Are you the one ?
WALLAHU'ALAM
wassalam
 

 

8 komentar: