Sabtu, 27 April 2013

Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i: Keajaiban Doktor Al-Qur’an


Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota Qom, sekitar 135 km dari Teheran, ibukota Iran. Husein adalahanak ketiga dari 6 bersaudara. Selama dalam kandungan dan ketika masa disusui, ibu Husein teratur membacakan Quran untuk Husein, selalu berdoa pada Allah agar dikaruniai anak yang saleh dan pintar, selalu berwudu sebelum menyusui, rajin pergi ke masjid, berusaha menghafal dan memahami isi Quran, mendekatkan diri pada Quran, menjauhkan dari musik-musik non islami, percampuran laki-laki dan perempuan, dan berbagai bentuk perilaku non islami yang lain.
Pada saat husein berusia batita (bawah tiga tahun), kedua orangtua Husein yang mempunyai kelompok khusus penghafalan AL-Quran sering mengajak Husein menghadiri kelas-kelas Al-Quran. Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein  sudah menghafal juz ke-30 (juz’amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al-Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang hafalan mereka.
Melihat bakat istimewa Husein, ayahnya (Sayyid Muhammad Mahdi Tabataba’i) pun secara serius mengajarkan hafalan Quran juz ke-29. Dalam proses belajar, ayah Husein biasa memberikan hadiah sebagai pembangkit semangat, misalnya, “Jika kamu berhasil menghafal surat ini, ayah akan memberimu hadiah.” Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari hafalan juz pertama oleh ayahnya.
Awalnya, ayahnya menggunakan metode biasa, yaitu dengan membacakan ayat-ayat yang harus dihafal, biasanya setengah halaman dalam sehari dan setiap pecan, jumlah hafalan pun ditingkatkan. Namun, tak lama kemudian, ayah Husein menyadari bahwa metode seperti ini memiliki 2 persoalan. Pertama, ketidakmampuan Husein Tabataba’i untuk membaca Al-Quran, membuatnya sangat tergantung kepada ayahnya dalam usaha mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafal. Kedua, metode penghafalan Al-Quran secara konvensional ini sangat ‘kering’ dan tidak cocok bagi psikologis anak usia balita. Selain itu, Husein tidak bisa memahami dengan baik makna ayat-ayat yang dihafalkannya karena banyak konsep-konsep yang abstrak, yang sulit dipahami anak balita.
Untuk menyelesaikan persoalan pertama, Husein pun mulai diajari
membaca Al-Quran, agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al-Quran, yaitu dengan menggunakan isyarat tangan. Misalnya, kata Alloh, tangan menunjuk ke atas, kata yuhibbu (mencintai), tangan seperti memeluk sesuatu, kata sulh (berdamai), dua tangan saling berpegangan. Ayah Husein biasanya akan menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan dengan bahasa sederhana kepada Husein kemudian dia akan mengucapkan ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan tangan yang mengisyaratkan makna ayat.
Metode isyarat ini ternyata semakin hari, semakin menarik perhatian Husein. Setelah beberapa waktu berlalu, Husein semakin lancar memahami makna isyarat tangan yang diperagakan ayahnya. Setiap kali ayahnya membuat isyarat dengan tangan atau suatu ayat, Husein dengan cepat mengucapkan ayat yang dimaksudkan ayahnya itu. Metode ini sedemikian berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai ayat-ayat Al-Quran, sehingga dengan mudah dia mampu menerjemahkan ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia (bahasa sehari-hari orang Iran) dan mampu menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari.
Di usia lima tahun, husein sudah benar-benar hafal keseluruhan 30 juz al-qur’an. Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapansehari-hari. Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama.
Pada bulan Februari 1998, Husein yang waktu itu baru berusia tujuh tahun menjalani ujian doktoral di Hijaz College Islamic University Inggris yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris, sekitar 32 kilometer dari kota Birmingham. Ujian yang harus dilaluinya terdiri dari lima bidang; diantaranya menghafal Al-Quran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu (persia), menerangkan topik ayat Al-Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat Al-Quran dengan ayat lainya dalam Al-Quran, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran, serta menerangkan makna Al-Quran dengan metode isyarat tangan.
Setelah menjalani ujian selama 210 menit, akhirnya tim penguji memberi nilai 93. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-70 akan diberi sertifikat diploma, 70-80 diberi sertifikat sarjana kehormatan, 80-90 diberi sertifikat magister kehormatan, dan di atas 90 diberi sertifikat doktor kehormatan (honoris causa). Husein pun dikukuhkan menjadi Doktor Honoris Causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran.
berikut beberapa percakapan Beliau dengan mengambil kalimat2 Al-Qur'an:

Penanya (P) : Bagaimana ujian yang kamu lalui di Inggris ? 
Husein (H) : "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS 94:6)

P : Apa tanggapan orang-orang di sana (Inggris) dalam acara-acara Qurani-mu ?
H : "Mereka tertawa." (QS 83:34) [Maksud Husein orang-orang di acara itu merasa senang dan bahagia]

P : Jika kamu ditanya orang, "Buat apa Engkau ke Inggris?" Apa jawabanmu ?
H : "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." (QS 5:67) [Yang dimaksud Husein adalah dia ke Inggris untuk menyampaikan ayat-ayat Al-Qur'an]

P : Engkau belum lulus SD, bagaimana mungkin mendapat gelar doktor ?
H : "Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya mereka." (QS 3:170). [maksudnya, semua itu adalah karunia Allah]

P : Bagaimana ilmu itu diajarkan ?
H : "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untu Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami." (QS 26:69) [maksud Husein, bila manusia berusaha mencari dengan bersungguh-sungguh, Allah akan membuka jalan ilmu baginya.]

P : Kapan engkau akan menikah ?
H : (sambil tersenyum) "Dan apabila anak-anak telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta ijin." (QS 24:59) [maksudnya Husein akan menikah jika umurnya sudah baligh.]

Walaupun ia sudah meraih gelar Doktor, Husein tetaplah anak kecil. Kadangkala ia bertengkar dengan saudaranya. Namun uniknya, saat bertengkar pun ia mengucapkan kata-kata yang bersumber dari Al-Qur'an. Ketika saudara laki-lakinya berusaha untuk memukulnya, Husein segera berteriak : "Selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim." (QS 66:11). Jadi batal berantem deh. Keren banget kan !?

Saat ini Husein telah berusia 20 tahun. Di usianya yang beranjak dewasa, Husein tidak pernah berpuas diri dengan kelebihan yang telah dimilikinya. Kini dia sedang menghafal hadist-hadist nabi Muhammad dengan target 20.000 Hadist. melebihi jumlah hadist yang dihafal oleh para imam madzhab. Allahu Akbar, benar-benar sosok bocah Muslim yang menginspirasi. Jadi, siapa ya sahabat muslim yang akan menjadi penerus Husein dari Indonesia ? kamukah salah satunya ? Are you the one ?
WALLAHU'ALAM
wassalam
 

 

Kamis, 11 April 2013

Makna “Cublak-Cublak Suweng” Yang Menakjubkan

Masih ingat dolanan saat kita masih kecil dan biasanya dilakukan pas terang bulan ini?
Beberapa anak ikut bermain, satu anak duduk telungkup seperti posisi sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk mengitarinya lalu tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tsb anak-anak menyanyikan lagu ini :
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe

Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Selesai menyanyi lagu itu, anak yang telungkup bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu tsb.
Si anak yang telungkup bila salah menebak maka dia akan disuruh telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.
Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon (katanya) permainan ini awalnya dikenalkan oleh Walisongo.
Banyak versi lirik lagu ”Cublak-cublak Suweng” di Jawa. Mungkin tergantung nenek moyang dan dialek setempat, Tegal dan Pekalongan yang bersebelahan saja bisa berbeda lirik lagunya. Dalam satu kota saja bisa beda versi, yang jelas secara garis besar sama dan kurang lebih maknanya juga sama.
Apa sebenarnya makna dari dolanan bocah cilik ini?
Dari lirik lagunya bila dalam kiasan bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini:
Permainan ini memang mengajari tentang pencarian harta dalam hidup. Dari lirik lagunya ”cublak-cublak suweng” …suweng artinya hiasan di telinga, lebih berharga daripada anting…identik dengan harta. Bisa diartikan ayolah ”tebak tempat menyimpan harta”
”Suwenge ting gelenter” maksudnya hartanya tersebar dimana-mana.
Hal ini terlihat pula dalam permainannya dimana anak-anak menyembunyikan batu kerikil (diibaratkan suweng) lalu beredar dari satu tangan ke tangan yang lain (”suwenge ting gelenter”)
”Mambu ketundung gudhel” = mambu artinya tercium, ketundung artinya yang dituju, sedangkan gudhel artinya anak kerbau….mengapa anak kerbau, bukan kerbaunya? Anak kerbau identik dengan kebodohan(karena masih berwujud anak, yang belum matang alias belum tahu apa-apa). Secara garis besar kabar tentang tempat harta ini mudah tercium (tersiar) oleh orang-orang bodoh.
”Pak Gempo lerak-lerek” = Pak Gempo melirik-lirik (mencarinya). Pak Gempo digambarkan sebagai kebalikan dari gudhel yang masih berwujud anak. Makanya menggunakan kata awalan ’Pak’. Pak Gempo adalah sosok manusia yang telah dewasa dan berusaha mencari harta (’suweng’) tsb. Pak Gempo diwujudkan sebagai manusia yang berakal, beda dengan ’gudhel’ yang hanya anak hewan yang identik dengan kebodohan. Sehingga dianggap Pak Gempo bisa mencari harta tsb. Dalam permainan wujud Pak Gempo adalah anak yang bermainan dalam posisi sujud dan akhirnya dia harus menebak siapa yang menyimpan batu kerikil tsb.
”Sopo ngguyu ndelekakhe” = Siapa yang tertawa pasti menyembunyikan. Di permainannya kita tahu bahwa anak-anak yang lain (yang tidak telungkup) pasti tertawa saat anak yang telungkup berusaha menebak siapa yang menyimpan batu kerikilnya.
” Sir-sir pong dele kopong” = di dalam hati nurani yang kosong. Suatu petunjuk bagi yang ingin mencari harta/menebak di permainan bahwa untuk mencari pelakunya gunakanlah hati nurani.
^_^
Bisa ditafsirkan secara garis besar makna dari lagu dan permainan ini adalah sebagai berikut:
Kita sebagai manusia biasa yang tercipta dari tanah. Makanya dalam permainan seorang anak harus telungkup mencium tanah seolah sedang sujud. Hanya manusia biasa yang tak tak tahu apa-apa. Namun manusia tetap ada hasrat nafsu sebagaimana nabi Adam dikeluarkan dari surga karena wanita. Manusia mempunyai hasrat nafsu harta, tahta dan wanita. Dalam lagu daerah ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta (”cublak-cublak suweng”). Namun harta tercecer dimana-mana dan semua orang pasti menginginkannya. Begitu mudahnya tercium ’bau’ harta sampai orang tak berilmu pun tahu, kita tahu bahwa setiap hari ada maling, copet, koruptor yang mengincar harta. Zaman sekarang istilah koruptor identik dengan ”tikus” yang sama saja binatang atau ”gudhel” dalam lagu ini. Berarti zaman lagu dan permainan ini ditemukan, sudah diajarkan kepada masyarakat bahwa kita harus was-was akan bahaya koruptor.
Dan kita tahu tampang para koruptor seperti apa, biasanya mereka selalu senyum mesem-mesem (”sopo ngguyu ndelekakhe”). Lihatlah tampangnya para koruptor yang tetap saja nyengir meskipun sudah dipanggil KPK.
Cara terbaik untuk mencari harta adalah dengan hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dsb. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat.
^_^
Ternyata memang luar biasa makna permainan Jawa yang diajarkan Sunan Giri ini. Walisongo memang telah mengajarkan mengenai suatu perjalanan hidup setiap manusia sehari-hari. Setiap hari kita mencari harta, harta tak hanya berupa kekayaan bisa berupa ilmu, jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup manusia. Permainan ini diajarkan penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah berlandaskan Islam, untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani.
^_^
Ada versi lain lirik lagu Cublak-Cublak Suweng bagi masyarakat Jawa Timur:
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Ngganggo kepudung solek
Sopo gelem ndelekakhe

Sir-sir pong dele bodong
Sir-sir pong dele bodong
Sir-sir pong dele bodong
Yaah….silakan diterjemahkan sendiri artinya ^_^
Tapi kurang lebih sama maknanya.
Lirik terakhir ”sir-sir pong dele bodong” sir : menyatakan hati nurani,
pong dele bodong : gambaran tentang yang tidak memakai pakaian sehingga terlihat pusarnya. Namun buat masyarakat Jawa biasanya cemoohan untuk orang bodoh biasanya identik dengan ”udele bodong”. Di sini maksudnya bukan bodoh, tapi cenderung lugu atau polos….yang artinya kembali ke ”hati nurani yang polos” untuk pencarian harta.
Kemungkinan maksud Walisongo mempopulerkan permainan rakyat ini untuk menanamkan hati nurani yang ikhlas bila kita hendak mencari harta. Kembali kepada nilai-nilai islami, seperti sedekah untuk mencari harta yang banyak bukan dengan jalan pintas (korupsi). Harta yang dicari dengan jalan cepat akan hilang dalam waktu cepat pula.
^_^
Tak disangka sungguh dalam maknanya permainan bocah cilik yang biasanya kita mainkan sore hari atau di bawah terangnya sinar rembulan ini. :)
Patut dibanggakan dan dilestarikan dolanan bocah cilik ini. Anak sekarang mungkin sudah tak mengenalnya lagi karena kecanggihan tekhnologi, mereka sudah tak mengenal permainan rakyat.
Sebaiknya kita ajarkan lagi permainan rakyat ini kepada anak, cucu, keponakan, tetangga dsb agar tak ’lenyap’ begitu saja dari bumi pertiwi.
Dan jangan sampai terjadi bila tiba-tiba kita pun harus menjerit marah karena dolanan ini tiba-tiba diakui oleh negeri jiran. Sebelum diambil negeri manapun, kita tetap lestarikan dolanan dan lagu daerah yang telah kita kenal sejak kecil ini.

Makna Gundul Gundul Pacul

Bagi temen-temen yang berasal dari Jawa mungkin tidak asing lagi dengan lagu Gundul Gundul Pacul yang biasa kita nyanyikan sewaktu kita ngumpul-ngumpul dengan temen-temen baik di lingkungan rumah maupun disekolahan. Liriknya adalah demikian :
Gundul gundul pacul-cul,gembelengan…Nyunggi nyunggi wakul-kul,gembelengan…
Wakul ngglimpangsegane dadi sak latar…
Tembang Jawa ini diciptakan tahun 1400an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.
Gundul
Adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang.
Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.
Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul (cangkul)
Adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Gundul pacul
Artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), artinya bahwa:
Kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.
Gembelengan
Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Tetapi dia malah:
1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia.
3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.
Nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi wakul
Artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya.Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya.
Wakul Adalah simbol kesejahteraan rakyat.
Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.
Kedudukannya di bawah bakul rakyat.
Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul?
Tentu saja pemilik bakul.
Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya.
Dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main).
Akibatnya
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.
Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat!
Semoga kita jadi pribadi yang memiliki integritas sehingga siap menjadi suri tauladan dimanapun kita berada.
WALAHU'ALAM
terimakasih dan WASSALAM

Lirik Arti Makna Lagu LIR ILIR oleh Sunan Kali Jaga

*Lirik Lagu Lir-ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing
kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing
pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo
mengko sore
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak iyo…

*Arti Lirik Lagu Lir-ilir
Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin
baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah
(pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di
bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti
sore
Mumpung bulan bersinar terang,mumpung
banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya

*Makna yang terkandung lagu Lir-ilir adalah sbb:
Sebagai umat Islam kita diminta bangun.
Bangun dari keterpurukan, bangun dari
sifat malas untuk lebih mempertebal
keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh
dalam diri kita yang dalam ini
dilambangkan dengan tanaman yang mulai
bersemi dan demikian menghijau. Terserah
kepada kita, mau tetap tidur dan
membiarkan tanaman iman kita mati atau
bangun dan berjuang untuk
menumbuhkan tanaman tersebut hingga
besar dan mendapatkan kebahagiaan
seperti bahagianya pengantin baru.
Disini disebut anak gembala karena oleh
Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk
digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita
menggembalakan hati kita dari dorongan
hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon
belimbing yang notabene buah belimbing
bergerigi lima buah. Buah belimbing disini
menggambarkan lima rukun Islam. Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita harus
tetap memanjat pohon belimbing tersebut
dalam arti sekuat tenaga kita tetap
berusaha menjalankan Rukun Islam apapun
halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya?
Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita
yaitu pakaian taqwa
Pakaian yang dimaksuda adalah pakaian
taqwa kita. Sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk
itu kita diminta untuk selalu memperbaiki
dan membenahinya agar kelak kita sudah
siap ketika dipanggil menghadap kehadirat
Alloh SWT.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas
ketika kita masih sehat (dilambangkan
dengan terangnya bulan) dan masih
mempunyai banyak waktu luang dan jika
ada yang mengingatkan maka jawablah
dengan iya.
WALLAHU'ALAM
terima kasih wassalam

Makna Lagu Sluku Sluku Bathok by sunan kali jaga

Sungguh aku baru tahu kalo lagu dolanan jawa “SLUKU SLUKU BATHOK” yang waktu kecil sering kumainkan, punya makna dzikir yang sangat dalam. Informasi ini kudapat dari sahabat, yang karena takut lupa, cepat-sepat kubikin tulisan. Siapa tahu jangan-jangan, banyak teman yang belum mengerti juga.
Semua kalimat asalnya berbahasa Arab, dan isinya semua tentang nasehat untuk banyak mengingat Allah dan kematian. Begini urutannya:
  1. Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo (sluku-sluku bathok, bathoknya geleng-geleng-red), berasal dari kata “Usluk fa usluka bathnaka, bathnaka ila Allah” (masuk masuklah bathinmu , bathinmu kepada Tuhan), atau bathinmu harus lailaha illallah. ADa juga yang berpendapat, itu dari kata “Ghuslu Ghuslu Bathnaka…” (sucikanlah batinmu) . Entah mana yang benar, yang jelas, kita juga tahu saat seseorang berdzikir Laa ilaa ha illallah, kepalanya akan bergeleng2 ke kiri ke kanan, persis seperti bathok kelapa yang ela-elo (geleng-geleng). Oya, bathok adalah tempurung kelapa, yang secara filosofi dan bentuknya seperti kepala manusia

  2. Sirama menyang sala (bapak pergi ke sala), dari kata Sharimi Yasluka (petik dan ambillah satu jalan masuk) *Tentunya yang dimaksud adalah jalan kebahagiaan dan keselamatan, melalui beragama secara benar, berIslam secara benar.

  3. Oleh-olehe payung mutha (oleh-olehnya payung mutha), dari kata “Laailaha illaallah hayun wal mauta”, artinya meng-Esakan Allah dari hidup sampai maut. * Payung mutha adalah payung jadul dari kertas semen yang sangat besar, biasanya untuk mengiringi keranda jenazah.

  4. Mak jenthit lolobah, dari kata “mandzalik muqarabah“, artinya maka siapa yang dekat (pada Allah). Mak jenthit juga menunjukkan bahwa nyawa manusia itu singkat, gampang saja putus jika Allah berkehendak.

  5. Wong mati ora obah (jasad yang sudah meninggal tidak dapat bergerak), dari kata “hayun wal mauta innalillah”, artinya dari hidup hingga mati adalah milik Allah.

  6. Yen obah medeni bocah (kalau dia bergerak akan membuat takut anak-anak), dari kata “mahabbatan mahrajuhu taubah”, artinya kecintaan yang menuju pada taubat

  7. Yen urip goleka dhuwit (tapi kalau dia masih hidup, cari uanglah), dari kata “yasrifu innal khalaqna insana min dhafiq” artinya sesungguhnya manusia diciptakan dari air yang memancar. Mungkin yang bait ke tujuh ini ringkasan dari surah At Tariq ayat 6 - 7, Falyandhuri insanu mima khuliqa, khuliqa min maa’in daafiqin (Maka perhatikan manusia dari apa ia diciptakan, ia diciptakan dari air yang memancar).
Duuh, pas tahu begini jadi penasaran pengin nge-trace lagu-lagu dolanan lainnya. Siapa tahu semua ada nilai filosofisnya.
Tapi… kenapa pas diterjemahkan ke bahasa jawa jadi lain banget ya?Yen urip goleka duit, lha kok malah ngajarin matre? hihi. Ada juga yang malah ngajarin hororr, yen obah medeni bocah, padahal kan aslinya dalem banget tentang kecintaan dan taubat pada Nya. Ini namanya apa? Missi tak sampai antara komunikator dengan komunikee? Alias jaka sembung di tengah jalan, duh duh…
Kalau sudah begini, juga nyesel bahasa arabku masih acak adul. So, teman-teman yang pandai berbahasa arab, tolong terjemahin yang benar ya poin 1 sampai 7 diatas. Aku cuma meraba-raba.
kebenaran hanya milik ALLAH, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik , , ,
terimakasih
wassalam

Rabu, 10 April 2013

Sayyidah Nafisah sang "Ummul ‘Ulum"

Nama Sayyidah Nafisah tentu sudah tidak asing lagi bagi umat Islam di Mesir ini. Mesjid beliau yang terletak berdekatan dengan benteng Salahudin Al-Ayyubi, di Kairo. Ini menjadi saksi betapa cintanya umat Islam kepada beliau yang setiap tanggal 9 Jamadilakhir umat Islam akan berkumpul di perkarangan mesjidnya untuk merayakan maulid beliau.
Tidak jauh dari mesjid Sayyidah Nafisah, terdapat juga beberapa maqam Ahlul Bait Nabi dan ulama yang lain antaranya Sayyidah Sukainah binti Saidina Husein, Sayyidah Ruqayah binti Saidina Ali, bapak dari saudaranya Sayyid Muhammad Al-Anwar dan pengarang kitab "Tafsir Mimpi" Imam Ibnu Sirin.
Sayyidah Nafisah dikenal sebagai seorang serikandi yang berani dan terkenal karena kehebatan ilmunya yang tinggi hingga Ia diberi gelar sebagai “Ummul ‘Ulum” (ibu sekalian ilmu).
Sayyidah Nafisah adalah seorang yang sangat kuat beribadah kepada Allah. Siang hari dia berpuasa
sunat sedangkan pada malamnya Ia bertahajjud dan senantiasa menghidupkan malam dengan berzikir dan membaca Al Quran. Sayyidah Nafisah merupakan sosok yang zuhud dengan kehidupannya. Disamping itu Sayyidah Nafisah sangat taatkan suaminya. Beliau sangat mematuhi perintah suami dan melayani suaminya dengan sebaik-baiknya.

Sayyidah Nafisah Berasal Dari Keturunan Mulia
Nafisah binti Sayyid Hasan al-Anwar bin Saidina Zaid al Abaj bin Saidina Hasan bin Saidina Ali bin Abi Talib, menantu dari Rasulullah saw.
“Nafisah” diambil dari kalimah "an-nafasah" yang diartikan kemuliaan atau ketinggian sesuatu. Beliau sangat mirip dengan Ibu dari saudara sebelah ayahnya yang bernama Sayyidah Sukainah al-Kubra binti Zaid r.anhum.
Beliau adalah putri dari Sayyid Hasan al-Anwar yang diberi gelar “al-Anwar” yaitu yang bercahaya, karena wajahnya yang selalu memancarkan cahaya, ini menandakan ibadahnya yang kuat dan ikhlas kepada Allah. Beliau dilantik oleh Khalifah Jaafar al-Mansur sebagai gabernur Madinah al-Munawarah pada tahun 150 hijriyyah.
Sayyidah Nafisah dilahirkan di Mekah tanggal 11 Rabiul Awal tahun 145 hijriyyah. Beliau dibesarkan di Madinah karena ayahanya yang seorang gubernur. Sejak kecil disamping gemar menziarahi makam Nabi saw, beliau juga suka membaca al-Quran dan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hingga pada suatu masa, ketika usia Sayyidah Nafisah menginjak beberapa tahun, ayahnya membawa beliau menuju ke ruang disemayamkannya jasad Rasulullah s.a.w di Raudah, Madinah.
Lalu ayahannya berkata, "Ya Rasulullah! Ridhailah anak perempuanku yang aku namakan Nafisah ini." Lalu pada satu malam ayahanya bermimpi bertemu Rasulullah saw lalu Baginda bersabda, "Wahai Hasan! Sesungguhnya aku telah meridhai anakmu yang juga zuriatku, Nafisah dan Allah swt juga meridhainya dengan sebab ridha aku kepadanya".

Sayyidah Nafisah Dengan Sayyidi Ishaq al-Mu'taman

Sayyidah Nafisah menikah dengan sepupu beliau yang merupakan keturunan dari Sayyidina Husein, yaitu Sayyidi Ishaq al-Mu'taman bin Saidina Jaafar As-Sodiq bin Saidina Muhammad al-Baqir bin Saidina Ali Zainal Abidin bin Saidina Husain bin Saidina Ali, menantu dari Rasulullah saw.
Ishak al-Mu'taman diberi gelar sebagai "al-Mu'taman" karena beliau adalah seorang yang sangat amanah dan kuat imannya. Beliau merupakan kakak kandung Sayyidah Aisyah (merupakan ahlul bait yang juga dikebumikan di bumi Mesir). Awalnya Sayyidi Ishaq al-Mu'taman datang melamar kepada ayah sayyidah Nafisah yaitu Sayyidi Hasan al-Anwar. Setelah ayahnya menyampaikan kepada Sayyidah Nafisah, Sayyidah Nafisah menolak. Ia tidak bermaksud untuk menikah dengan siapapun, karena khawatir dengan menikah 'hubungan mesra' nya dengan Allah menjadi terganggu.
Akhirnya Ishak al-Mu'taman segera berangkat ke Madinah. Ia lalu berziarah ke makam Rasulullah saw, dan menyampaikan kepada Rasulullah saw bahwasannya ia bermaksud menikahi Sayyidah Nafisah. Akhirnya Hasan al-Anwar, ayah dari Sayyidah Nafisah, bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya itu, Rasulullah saw meminta agar Hasan al Anwar menikahkan putrinya Sayyidah Nafisah dengan Ishak al-Mu'taman.
Akhirnya mimpinya itu disampaikan kepada Sayyidah Nafisah. Begitu mendengar bahwa Rasulullah saw yang memintanya, akhirnya Sayyidah Nafisah pun mau untuk dinikahkan dengan Ishak al-Mu'tamin.
Tatkala Sayyid Hasan Al-Anwar meninggalkan jabatannya sebagai gubernur Madinah, ia pun diganti oleh menantunya Sayyid Ishaq Al-Mu'taman sebagai gubernur khilafah Abbasiyah. Beliau menikah pada hari Jumaat 5 Rajab tahun 161 hijriyyah dan dikaruniai putra putri bernama Qasim dan Ummu Kulthum.

Ketaatan Sayyidah Nafisah Dalam Beribadah
Sayyidah Nafisah dikenal sebagai sosok yang gemar sekali membaca al-Quran, Ia juga kuat berpuasa sunat di siang hari, tidak pernah lepas dari shalat tahajud pada malamnya. Diriwayatkan oleh Sayyidah Zainab binti Sayyid Yahya yang juga puteri dari saudaranya, beliau berkata,
“Aku telah berkhidmat kepada Ibu saudaraku (Saudara sebelah ayah), Sayyidah Nafisah selama 40 tahun. Aku tidak pernah lagi melihat Sayyidah Nafisah tidur pada siang dan malam kecuali karena darurat (terpaksa), kerana sibuk dengan ibadah. Beliau juga sentiasa berpuasa kecuali dua hari raya dan hari tasyriq. Lalu aku bertanya kepadanya, “Wahai Ibu saudaraku! Tidakkah kau berasa lelah dan mengaasihani tubuhmu?”
Lantas beliau berkata, “Bagaimana aku mampu mengasihani diriku sedangkan dihadapanku azab Allah sedang menanti. Tiada siapapun yang dapat mengelak daripadanya kecuali orang-orang yang beruntung.”
Diriwayatkan Sayyidah Nafisah telah melaksanakan haji sebanyak 30 kali dan beliau pergi dengan berjalan kaki. Beliau selalu berdoa sambil menangis di sisi Kabah “Tuhan ku! Penciptaku! Penolongku! Berikanlah kegembiraan kepadaku dengan ridha-Mu kepadaku. Janganlah diriku ini menjadi sebab penghalang (hijab) antara Kau dan aku. Tuhanku! Permudahkanlah aku menziarahi kubur kekasih-Mu, Ibrahim (yaitu Mekah)”.
Ia pun dikenal dengan kedermawanannya, kasih sayangnya pada kaum miskin dan anak-anak yatim. Dalam sebuah kisah pernah diceritakan, satu ketika beliau menerima uang sebanyak 1000 dirham dari raja untuk keperluan dirinya, sebagai tanda syukur dan pertaubatan Sang raja kepada Allah. Uang hadiah dari raja itu sedikit pun tidak diambil oleh Sayyidah Nafisah untuk kepentingan dirinya. Semuanya Ia sedekahkan untuk orang-orang miskin, anak yatim, dan orang tua yang jompo. Demikianlah betapa dermawannya sayyidah Nafisah terhadap fakir miskin.

Hijrahnya Sayyidah Nafisah Dari Madinah ke Mesir

Pada hari yang kesepuluh di akhir bulan Ramadhan tahun 193 hijriyyah Sayyidah Nafisah yang ketika itu berusia 48 tahun pindah ke Mesir bersama suami, ayah dan kedua anaknya. Dengan maksud menziarahi ahli keluarga Rasulullah saw yang lain di Mesir. Setelah menziarahi Mekah dan Baitulmaqdis, mereka tiba di Mesir dengan disambut meriah oleh penduduk Mesir termasuk para pembesar negara ketika itu.
Penduduk Mesir dari berbagai pelosok negeri berdatangan ke tempatnya untuk mengunjungi dan mengambil berkah darinya. Tetapi semakin lama Sayyidah Nafisah merasa khawatir, hal itu akan menyulitkan pemilik rumah juga akan mengganggu kegiatan ibadahnya.
As-Sirri bin al-Hakam kemudian mendatangi Sayyidah Nafisah. Kepada as-Sirri, Sayyidah Nafisah berkata, Dulu, saya memang ingin tinggal di tempat kalian, tetapi aku ini seorang wanita yang lemah. Orang-orang yang mengunjungiku sangat banyak, sehingga menyulitkanku untuk melaksanakan wirid dan mengumpulkan bekal untuk akhiratku. Lagi pula, rumah ini sempit untuk orang sebanyak itu. Selain itu, aku sangat rindu untuk pergi ke raudhah datukku, Rasulullah Saw."
Maka as-Sirri menanggapinya, "Wahai putri Rasulullah, aku jamin bahwa apa yang engkau keluhkan ini akan dihilangkan. Sedangkan mengenai masalah sempitnya rumah ini, maka aku memiliki sebuah rumah yang luas di Darb as-Siba' Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku memberikan itu kepadamu. Aku harap engkau mau menerimanya dan tidak membuatku malu dengan menolaknya."
Setelah lama terdiam, Sayyidah Nafisah berkata, 'Ya, saya menerimanya." Kemudian ia Mengatakan, Wahai Sirri, apa yang dapat aku perbuat terhadap jumlah orang yang banyak dan rombongan yang terus berdatangan? “Engkau dapat membuat kesepakatan dengan mereka bahwa waktu untuk pengunjung adalah dua hari dalam seminggu. Sedangkan hari-hari lain dapat engkau pergunakan untuk ibadahmu, jadikanlah hari Rabu dan Sabtu untuk mereka," kata as-Sirri lagi. Sayyidah Nafisah menerima tawaran itu. Ia pun pindah ke rumah yang telah diberikan untuknya dan mengkhususkan waktu untuk kunjungan pada hari Rabu dan Sabtu setiap minggu.
Kecintaannya beliau kepada Mesir dan penduduknya amatlah tinggi. Beliau pernah berkata, “Sesungguhnya aku amat menyayangi penduduk Mesir. Aku bercita-cita untuk dikuburkan di sini. Allah memuliakan Mesir dengan menyebutnya dalam al-Quran sebagaimana disebutnya Mekah.” (dirujuk dari kitab Ad-Durr An-Nafisah oleh Syeikh Ramadhan Abdu Rabbuhu Asfur r.anhu)

Beberapa Karamah Sayyidah Nafisah
Semasa di Mesir beberapa karamah pernah terjadi dengan izin Allah swt, karena telah memuliakan hamba-Nya. Dikisahkan Sayyidah Nafisah tinggal bertetangga dengan satu keluarga yahudi dan memiliki anak perempuan yang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis ingin pergi untuk suatu keperluan. Maka ia tinggalkan anaknya di tempat Sayyidah Nafisah. Ia meletakkan anaknya pada salah satu tiang dari rumah Sayyidah Nafisah. Ketika Sayyidah Nafisah berwudlu, air wudlunya jatuh ke tempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberikan ilham kepada gadis Yahudi itu agar mengambil air wudlu tersebut sedikit dengan tangannya dan membasuh kedua kakinya dengan air itu. Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan salatnya. Ketika anak itu tahu ibunya telah kembali dari pasar, ia pun mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi.
Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, "Tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar!" Kemudian ia masuk ke tempat Sayyidah Nafisah untuk menciumnya. Lalu ia mengucapkan kalimat syahadat dengan ikhlas karena Allah. Kemudian datang ayah si gadis yang bernama Ayub Abu as-Saraya, yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Ketika ia melihat anak gadisnya telah sembuh, dan mengetahui sebab sembuhnya maka ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, "Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki dan menyesatkan orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah agama yang benar".
Kemudian ia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan meminta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkanya. Ayah si gadis itu berbicara, kepadanya dari balik tirai. Ia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat. Kisah itu kemudian menjadi sebab masuk Islamnya sekelompok Yahudi yang lain yang tinggal bertetangga dengannya.
Sejak itu, semakin berduyun-duyun pengunjung menziarahi Sayyidah Nafisah untuk meminta doa dan berkah kepada beliau. Hingga karena hal itu lah suaminya bermaksud untuk kembali ke Madinah. Lalu Sayyidah Nafisah berkata, “Aku tidak boleh berbuat demikian kerana aku melihat Rasululah saw dalam mimpi bersabda,“Jangan tinggalkan Mesir kerana Allah akan mematikan kamu di sana”.
Diriwayatkan oleh al-Azhari dalam kitab al-Kawakib as-Sayyarah: Ada seorang wanita tua yang memiliki empat anak gadis. Mereka dari minggu ke minggu makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu ia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk dijualnya; setengah hasilnya digunakannya membeli bahan untuk ditenun sedangkan setengah sisanya digunakan untuk biaya makan minum mereka. Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain yang sudah lusuh berwarna merah ke pasar sebagaimana biasanya. Tiba-tiba seekor burung merusaknya dan menyambar kain itu beserta isinya yang merupakan hasil usahanya selama seminggu. Menyadari musibah yang menimpanya, wanita itu pun jatuh pingsan.
Ketika sadar, ia duduk sambil menangis. Ia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatimnya. Orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Ia pun pergi ke tempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya seraya meminta doa kepadanya. Sayyidah Nafisah lalu berdoa, "Wahai Allah, wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hamba-Mu ini apa yang telah rusak. Karena, mereka adalah makhluk-Mu dan tanggungan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Kemudian ia berkata kepada wanita tua itu, "Duduklah, sesungguhnva Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Maka duduklah wanita itu menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Kami mengalami kejadian yang aneh." Berceritalah mereka kepadanya tentang apa yang mereka alami. Mereka sedang mengadakan perjalanan di laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu itu nyaris tenggelam. Tiba-tiba datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu sehingga lobang tersebut tersumbat dengan izin Allah. Sebagai tanda syukur kepada Allah, mereka memberikan lima ratus dinar kepada Sayyidah Nafisah. Maka menangislah Sayyidah Nafisah, seraya mengatakan, Tuhanku, Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepada hamba-hamba-Mu!"
Sayyidah Nafisah segera mendatangi wanita tua tadi dan bertanya kepadanya berapa ia menjual tenunannya. "Dua puluh dirham," jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya lima ratus dinar. Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang ke rumahnya. Kepada putri-putrinya, ia menceritakan kejadian yang ia alami. Mereka semua datang menemui Sayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayannya.


Sayyidah Nafisah Adalah Guru Imam Syafi'i

Imam Syafi'i r.anhu, Imam mazhab Fiqh yang masyhur sempat hidup sezaman dengan Sayyidah Nafisah. Sayyidah Nafisah menjalani kehidupan di Mesir selama 15 tahun yaitu dari 26 Ramadhan tahun 193 hijrah hingga 15 Ramadhan tahun 208 hijrah. Imam Syafi’i kerap menziarahi beliau. Ini sebagai tanda mulia dan kasihnya Imam Syafi’i kepada ahli keluarga Nabi. Selain ziarah, Imam Syafi’i juga turut mendengar bacaan hadits daripada Sayyidah Nafisah dan beliau juga membaca hadits kepada Sayyidah Nafisah.
Ketika Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia telah menjalin hubungan dengan Sayyidah Nafisah. Hubungan keduanya diikat oleh keinginan untuk berkhidmat kepada akidah Islam. Imam Syafi’i biasa mengunjungi Sayyidah Nafisah bersama beberapa orang muridnya ketika berangkat menuju halaqah-halaqah pelajarannya di sebuah masjid di Fusthath, yaitu Mesjid 'Amr bin al-'Ash.
Imam Syafi’i biasa melakukan salat Tarawih dengan Sayyidah Nafisah di mesjid Sayyidah Nafisah. Walaupun Imam Syafi'i memiliki kedudukan yang agung, tetapi jika ia pergi ke tempat Sayyidah Nafisah, ia meminta do’a kepada Nafisah dan mengharap berkahnya. Imam Syafi'i juga mendengarkan hadist darinya. Apabila sakit, Imam Syafi’i mengutus muridnya sebagai penggantinya. Utusan itu menyampaikan salam Imam Syafi'i dan berkata kepada Sayyidah Nafisah, "Sesungguhnya putra pamanmu, Syafi'i, sedang sakit dan meminta doa kepadamu." Sayyidah Nafisah lalu mengangkat tangannya ke langit dan mendoakan kesembuhan untuknya. Maka ketika utusan itu kembali, Imam Syafi’i telah sembuh.
Suatu hari, Imam Syafi’i menderita sakit. Seperti biasanya, ia mengirim utusan untuk memintakan doa dari Sayyidah Nafisah baginya. Tetapi kali ini Sayidah Nafisah berkata kepada utusan itu, "Allah membaguskan perjumpaan-Nya dengannya dan memberinya nikmat dapat memandang wajah-Nya yang mulia." Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan apa yang dikatakan Sayyidah Nafisah, Imam Syafi’i tahu bahwa saat perjumpaan dengan Tuhannya telah dekat. Imam Syafi’i berwasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat. Ketika Imam Syafi’i wafat pada akhir Rajab tahun 204 H, Sayyidah Nafisah melaksanakan wasiatnya. Jenazah Imam Syafi’i dibawa dari rumahnya di kota Fusthath ke rumah Sayyidah Nafisah, dan di situ ia menyalatkannya. Yang menjadi Imam adalah Abu Ya'qub al Buwaithi, salah seorang sahabat Imam Syafi’i.
Wafatnya Imam Syafi’i, membawa kesedihan bagi Sayyidah Nafisah. Ia senantiasa berdoa untuk Imam Syafi'i,” Semoga Allah merahmatinya, dan dia (imam Syafi'i) adalah seorang yang mempercantik wudlu”. Ini adalah sebagai kesaksian dari Sayyidah Nafisah kerena wudu adalah pondasi melakukan ibadah. Apabila baik dasarnya maka baik pula ibadah yang dibina padanya seolah-olah beliau berkata, “Imam Syafi’i itu elok pada ijtihadnya.”

Sayyidah Nafisah Menghembuskan Nafas Terakhir
Ketika Sayyidah Nafisah mulai merasakan sakit, Beliau pun mulai menggali kubur dalam kamarnya. Di saat-saat terakhir usianya, beliau sering turun dan beribadah dalam liang lahat yang ia gali sendiri dengan memperbanyak shalat sunat dan membaca al-Quran.
Al-Allamah Al-Ajhauri berkata, “Adalah Sayyidah Nafisah membaca al-Quran dan mengkhatamnya dalam kuburnya sebanyak 6,000 kali dan beliau menghadiahkan pahalanya kepada seluruh umat Islam yang telah meninggal dunia.”
Sakit yang menimpanya semakin parah pada pertengahan bulan Ramadhan di tahun 208 H dan ketika itu ia tengah berpuasa, maka orang-orang yang datang menjenguk menyarankan agar beliau berbuka puasa untuk meringankan sakit yang Ia dihadapi. Mendengar hal tersebut beliau pun berkata,
“Sungguh aneh. Aku berpuasa 30 tahun dan aku berdoa kepada Allah agar mewafatkan aku dalam keadaan berpuasa tiba-tiba aku diminta berbuka?”.
Sakit yang ia derita berlarut hingga hari Jumat hari ke-15 Ramadhan ditahum 208 H. Dalam sakitnya saat itu, mulut beliau masih mampu membaca al-Quran sampai pada ayat ke-127 dari Surat al-An’am
“Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai dan aman yaitu syurga di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka karena amal kebajikan yang mereka kerjakan di dunia dahulu.”
Ketika selesai membaca ayat ini, sunyi seketika rumah beliau diikuti tangisan dan doa sekalian manusia yang hadir mengiringi roh beliau yang baru dijemput mengadap Allah.


Sayyidah Nafisah Di Semayamkan Di Mesir
Setelah wafatnya Sayyidah Nafisah, suaminya Ishaq al-Mu’taman berencana untuk membawa kembali jasad Sayyidah Nafisah ke Madinah untuk dikebumikan bersama-sama ahli keluarganya yang lain. Tetapi, penduduk Mesir tidak menyetujui rencana Ishaq al-Mu'taman dan meminta agar Sayyidah Nafisah disemayamkan di Mesir di dalam kubur yang telah digali dengan tangan beliau sendiri. Sempat terjadi perbedaan pendapat antara pihak keluarga Sayyidah Nafisah dengan penduduk Mesir. Pada akhirnya penduduk Mesir memutuskan untuk mengadukan permasalahan ini kepada Ubaidillah bin as-Sura, gubernur Mesir ketika itu agar dapat menangani masalah ini dengan baik.
Kemudian dikumpulkanlah harta-harta dari penduduk Mesir untuk diberikan kepada keluarga Sayyidah Nafisah agar hasrat untuk mengembalikan Sayyidah Nafisah ke Madinah dibatalkan. Pada malamnya,suaminya telah bermimpi bertemu Rasulullah saw dan Baginda bersabda kepada Ishaq,” Wahai Ishaq! Kembalikan harta manusia (penduduk Mesir) kepada mereka dan semadikan Nafisah di sisi mereka kerana rahmat diturunkan kepada mereka dengan berkat Nafisah.”
Keesokannya, Sayyid Ishaq pun menyampaikan mimpinya kepada penduduk Mesir. Dengan penuh gembira dan syukur kepada Allah, jasad Sayyidah Nafisah pada akhirnya dikebumikan di Mesir di dalam kubur yang telah ia gali sendiri menjelang wafatnya. Kini kuburan berada didalam mesjid yang namanya dinisbahkan atas nama beliau yaitu “Mesjid Sayyidah Nafisah”.
Setelah itu, suaminya bersama dua lagi anaknya kembali ke Madinah dan meninggal dunia di sana.
Wallahu 'alam bis shawab.

sekian tulisan dari saya yang fakir ini, dengan mengambil dari beberapa sumber, semoga menjadi berkah buat kita semua AAMIIN ALLAHUMMA AAMIIN , , ,
Alfateha  , , , ,
wassalam